A.
Pengertian Adiens.
Pada awalnya, sebelum media massa
ada, audiens adalah sekumpulan penonton
drama, permainan dan tontonan. Setelah ada kegiatan komunikasi massa, audiens
sering diartikan sebagai penerima pesan-pesan media massa.
McQuail (1987) menyebutkan beberapa konsep alternatif tentang audiens
sebagai berikut:
- Audiens sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar, pemirsa. Konsep audiens diartikan sebagai penerima pesan-pesan dalam komunikasi massa, yang keberadaannya tersebar, heterogen, dan berjumlah banyak. Pendekatan sosial budaya sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini.
- Audiens sebagai massa. Konsep audiens diartikan sebagai suatu kumpulan orang yang berukuran besar, heterogen, penyebaran, dan anomitasnya serta lemahnya organisasi sosial dan komposisinya yang berubah dengan cepat dan tidak konsisten. Massa tidak emiliki keberadaan(eksistensi) yang berlanjut kecuali dalam pikiran mereka yang ingin memperoleh perhatian dari dan memanipulasi orang-orang sebanyak mungkin. McQuail menyatakan bahwa konsep ini sudah tidak layak lagi dipakai.
- Audiens sebagai kelompok sosial atau publik. Konsep audiens diartikan sebagai suatu kumpulan orang yang terbentuk atas dasar suatu isyu, minat, atau bidang keahlian. Audiens ini aktif untuk memperoleh informasi dan mendiskusikannya dengan sesama anggota audiens. Pendekatan sosial politik sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini.
- Audiens sebagai pasar. Konsep audiens diartikan sebagai konsumen media dan sebagai audiens (penonton, pembaca, pendengar, atau pemirsa) iklan tertentu. Pendekatan sosial ekonomi sangat menonjol untuk mengkaji konsep ini.
Konsep-konsep di atas tentu saja tidak saling eksklusif, secara empiris
para pengelola/pemilik maupun pengguna media massa memaknai audiens sebagai
perpaduan konsep ke satu, empat, dan tiga.
B.
Perspektif tentang Adiens
Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach (dalam Nurudin, 2004; Rakhmat,
1994) mengkaji interaksi audiens dan bagaimana tindakan audiens terhadap isi
media. Mereka menyajikan tiga perspektif yang menjelaskan kajian tersebut.
Ketiga perspektif itu adalah sebagai berikut:
1.
Individual Differences Perspective.
Perspektif perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi
personal-psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih memilih
stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna pada stimuli tersebut.
Berdasarkan ide dasar dari stimulus-response,
perspektif ini beranggapan bahwa tidak ada audiens yang relatif sama, makanya
pengaruh media massa pada masing-masing individu berbeda dan tergantung pada
kondisi psikologi individu itu yang berasal dari pengalaman masa lalunya.
Dengan kata lain, masing-masing individu anggota audiens bertindak menanggapi
pesan yang disiarkan media secara berbeda, hal ini menyebabkan mereka juga
menggunakan atau merespon pesan secara berbeda pula.
Dalam diri individu audiens terdapat apa yang disebut konsep diri, konsep diri mempengaruhi
perilaku komunikasi -mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri,
bagaimana kita mempersepsi pesan itu, dan apa yang kita ingat. Dengan kata
lain, konsep diri mempengaruhi terpaan selektif, persepsi selektif, ingatan
selektif.
2.
Social Categories Perspective. Perspektif ini melihat di dalam masyarakat terdapat
kelompok-kelompok sosial yang didasarkan pada karakteristik umum seperti jenis
kelamin, umur, pendidikan, pendapatan, keyakinan beragama, tempat tinggal, dan
sebagainya. Masing-masing kelompok sosial itu memberi kecenderungan
anggota-anggotanya mempunyai kesamaan norma sosial, nilai, dan sikap. Dari kesamaan itu mereka akan
mereaksi secara sama pada pesan khusus yang diterimanya. Berdasarkan perspektif ini, pemilihan dan penafsiran isi
oleh audiens dipengaruhi oleh pendapat dan kepentingan yang ada dan oleh norma-norma kelompok
sosial. Dalam konsep audiens sebagai pasar dan sebagai pembaca,
perspektif ini melahirkan segmentasi. Contoh: Anak-anak membaca Bobo, Yunior,
Ananda. Ibu-ibu membaca Kartini, Sarinah, Femina. Kaum Islam membaca Sabili,
Hidayah.
3.
Social Relation Perspective. Persektif ini menyatakan bahwa
hubungan secara informal mempengaruhi audiens dalam merespon pesan media massa.
Dampak komunikasi massa yang diberikan diubah secara signifikan oleh
individu-individu yang mempunyai kekuatan hubungan sosial dengan anggota audiens. Tentunya perspektif ini eksis pada proses komunikasi massa dua tahap, dan
atau multi tahap.
C.
Tipologi Aktivitas Audiens
Sejarah penelitian/pembahasan mengenai audiens telah dimulai seiring dengan
penelitian tentang efek komunikasi massa. Pada awalnya, audiens dianggap pasif
(baca teori peluru (Bullet Theory)
atau Model Jarum Hipodermis). Namun pembahasan audiens secara intensif yang
dimulai tahun 1940, Herta Herzog, Paul Lazarsfeld dan Frank Stanton (dalam
Barran & Davis, 2003) memelopori mempelajari aktifitas audiens (yang kemudian melahirkan
konsep audiens aktif) dan kepuasan
audiens. Misal, pada tahun 1942 Lazarfeld dan Stanton memproduksi buku seri
dengan perhatian pada bagaimana audiens menggunakan media untuk mengorganisir
pengalaman dan kehidupan sehari-hari. Tahun 1944 Herzog menulis artikel Motivation and Gratifications of Daily Serial Listener, yang
merupakan publikasi awal tentang penelitian kepuasan audiens terhadap media.
Aktifitas audiens merujuk pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1.
Sejauh mana selektivitas audiens
terhadap pesan-pesan komunikasi;
2.
Kadar dan jenis motivasi audiens yang
menimbulkan penggunaan media;
3.
Penolakan terhadap pengaruh yang tidak
diinginkan;
4. Jenis & jumlah
tanggapan(response) yang diajukan audiens media (McQuail, 1987).
Pada waktu itu, aktivitas
audiens merupakan fokus kajian uses and gratifications. Secara umum,
pandangan para peneliti dalam tradisi uses
and gratifications media menganggap bahwa audiens aktif dalam hal
kesukarelaan dan orientasi selektif dalam
proses komunikasi massa.
Levy dan Windahl menyusun
tipologi aktifitas audiens yang dibentuk melalui dua dimensi. Dua dimensi itu adalah sebagai berikut:
- Dimensi orientasi audiens yang terdiri dari tiga tingkatan:
- Selektivitas terhadap isi media
- Keterlibatan (involvement), mengandung dua arti: 1). Tingkatan dimana audiens menghubungkan dirinya dengan isi media; 2). Suatu tingkatan dimana individu berinteraksi secara psikologis dengan media atau termasuk di dalamnya dengan pesan-pesan media.
- kegunaan (utility), diartikan bahwa individu menggunakan atau mengantisipasi penggunaan komunikasi massa untuk tujuan sosial atau psikologisnya.
- Dimensi temporal (urutan komunikasi), yaitu dimensi yang menjelaskan aktivitas audiens dilihat sebelum, selama, dan sesudah terpaan (exposure).
Tipologi Aktivitas Audiens
(Levy dan Windahl, 1984)
|
Urutan komunikasi
|
||
Orientasi
Audiens
|
Sebelum terpaan
|
Selama terpaan
|
Sesudah terpaan
|
Selektivitas
|
Terpaan selektif, mencari-cari
|
Persepsi selektif
|
Ingatan selektif
|
Keterlibatan
|
Antisipasi dari terpaan
|
Perhatian, pembentukan makna, interaksi parasosial,
identifikasi
|
Identifikasi jangka panjang,
mengkhayal
|
Kegunaan
|
koin pertukaran
|
Menggunakan untuk memperoleh kepuasan
|
menggunakan kepemimpinan pendapat
suatu topik
|
Lebih lanjut, Levy dan Windahl menghubungkan antara variabel keterlibatan
selama terpaan dengan variabel preexposure selectivity, yang
menghasilkan 4 subtipe aktivitas audiens. Tipologi
subtipe aktivitas audiens tersebut tersaji pada tabel berikut ini.
|
Preexposure selectivity
|
|
Keterlibatan
selama terpaan
|
Tinggi
|
Rendah
|
Tinggi
|
Mencari kepuasan yang dimotivasi
|
Keterlibatan indiskriminasi
|
Rendah
|
Topik ritual
|
Melewatkan waktu
|
Dalam penelitiannya, Levy dan Windahl
menyatakan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara pengukuran
aktivitas audiens dengan indikator-indikator pencarian kepuasan dan pemerolehan
kepuasan. Pada kasus hubungan antara aktivitas dengan pencarian kepuasan,
ditemukan bahwa individu menggunakan media untuk memperoleh kepuasan sosial maupun
psikososialnya, dan audiens akan aktif memenuhi harapannya itu dalam proses
komunikasi yang dilakukannya. Sebaliknya, hubungan antara aktivitas dengan
pemerolehan kepuasan, memperlihatkan
bahwa pengalaman individu yang lebih aktif akan berada pada level kepuasan yang
lebih tinggi, dan aktivitas harus dilihat sebagai variabel independen.
Aktivitas audiens juga bergantung pada sejumlah faktor
lain, yang bisa dikelompokkan menjadi faktor individu, sosial, dan media.
Faktor individual misalnya bisa kita lihat
dari jenis kelamin, umur, intelegensia, kepribadian, dan tempat atau latar
belakang siklus kehidupannya. Faktor sosial misalnya hubungan antara kelas
sosial dengan konsumsi media. Blumer mengidentifikasikan faktor sosial seperti:
satus perkawinan, partisipasi kerja, mobilitas sosial, dan ukuran potensial
interaksi. Faktor-faktor sosial tersebut kemudian akan menentukan bagaimana
kebutuhan orientasi media, kondisi orientasi audiens terhadap media, dan
situasi sosial konsumsi media, yang semuanya itu mempengaruhi aktivitas
audiens. Faktor media, bisa dilihat dari perbedaan-perbedaan kompleksitas
pesan, gaya pesan, dan variasi-variasi dalam isi pesan substantif.
Daftar Pustaka:
Jalaluddin
Rakhmat, 1994, Psikologi Komunikasi,
Bandung: Remaja Rosdakarya
McQuail, 1987, Teori
Komunikasi Massa ed. 2, Jakarta: Erlangga
Nurudin,
2003, Komunikasi Massa, Malang: CESPUR.
Stanley
J. Baran & Dennis K. Davis, 2003, Mass
Communication Theory: Foundation, Ferment, and Future, USA: Wadsworth.
1 komentar:
terima kasih orang baik
Posting Komentar